[ads-post]

(Sajak Suara)

suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu
menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan
dari lidah jiwaku
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
disana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
kesempatan untukmu berantakan

sesungguhnya suara itu bukan perampok
yang ingin meraih hartamu
dia hanya ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
menggeletar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan

sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
dialah yang mengajariku bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan

sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa  yang mampu
menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan
dari lidah jiwaku
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
disana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu pemberontakan

dan sesungguhnya suara itu bukan perampok
yang ingin meraih hartamu
dia hanya ingin bertanya
dia hanya ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
menggeletar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan

sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
dialah yang mengajariku bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan

(Membaca Gejala dari Jelaga)

Dear Sarkas,

Kita berangkat dengan rima dan kopi secawan / berkawan dengan bentangan kalam yang menantang awan / kita menggalang pijakan dari hulu waktu yang membidani zaman / dimana microphone digenggam dengan hasrat menggantang ancaman / mengkafani kawanan srupa lalat dari pusat pembuangan sampah / menyisakan potongan kalimat profan berceceran / bernazar membuat tiran berjatuhan / dengan luka sayat dari medan perang puputan / kita tantang kutukan, kita kutuk pantangan / sehingga setiap angan paralel dengan surga-neraka dan dalil langitan / serupa komando yang meluncur dari Mabes hingga Koramil / serupa toxin yang berselancar pada darah sebelum maut menjemput Munir / menyisir petaka yang membiarkan mereka menggadaikan pasir / pada pantai, pada bumi yang penuhi oleh barcode dan kasir / yang menghibahkan filsafat pada para vampir / pada mereka yang melabeli setiap oponen dengan stempel kafir / pada mereka yang datang pada malam terkelam /  saat cahaya hanya datang dari belukar ditengah makam / kita pernah sisakan harapan yang esok siap cor menjadi belati / pikulan beban serupa pitam yang kembali berhitung dengan mentari

dengan tangisan bayi yang mengajarkan kembali bagaimana menari / bagaimana mengingat janji dan mengepalkan jemari / bagaimana seharusnya hari-hari berbagi api / bagaimana menyulutnya pada nadi dan mengumpulkan nyali

dan semua darah bertagih telah kita bayar lunas / sejak kalimat angkara kita terlanjur menjadi lampiran kajian Lemhanas / kau dan aku tahu pahlawan tak lagi datang dari kurusetra / namun dalam bentuk donasi mie instan ditengah bencana / sejak tanah basah ini menagih janji mata yang dibayar mata / sejak mata sungai menagih suara mereka yang hilang di ujung desa / sejak kebebasan hanya berarti dihadapan kotak suara / sejak para ekonom memperlakukan nasib serupa statistik ramalan cuaca / telah khatam kita baca semua analisa semua neraca / semua muslihat ta1 kucing yang membenarkan semua prasangka / kita belajar membaca gejala dari jelaga / pada malam-malam terhunus dan waras kita terjaga / memaksa tidur dengan satu kelopak mata terbuka / menahan pitam tanpa riak serupa telaga / serupa hasrat yang dipertahankan setengah mati tetap menyala / pada setengah hidup kita yang mengalir mencari muara / serupa udara / membutuhkan amis darah agar sirine tetap mengalun / agar waras diingatkan tentang wabah yang akut menahun / tentang pagut yang santun, yang memusuhi pantun / yang membakar habis hasratmu setelah dipaksa dipasung / mungkin kau ingat tentang petaka yang dalam hitungan kurun / waktu singkat berubah menjadi rahmat / merubah alam bawah sadar hingga terbiasa dengan mayat / sekarang merubahmu kasat didepan deretan kalimat / bergabung dengan para mata yang terbiasa terang bersama pekat /

serupa kepastian, serupa asuransi / serupa janji yang meprediksi dimana kau suatu hari nanti dengan pasti / sehingga semua pertanyaan kau tinggal mati / sehingga rimaku dan terompet israfil dapat bertukar posisi

(Rima Ababil)

Karena Khalayak Tak Pernah Salah Memuja Thagut Penampakan
Maka Kalian Adalah Terdakwa Yang Terlalu Mendambakan

Domba Tanpa Gembala
Wujud Tanpa Kepala
Dunia Tanpa Pandawa
Sumpah Aral Kuasa Tanpa Palapa

Merakit Dunia Tanpa Manual Tunggal
Mengepal Surga Neraka Yang Manunggal
Di Ujung Hari Yang Berlangit Sepekat Aspal
Di Petang Para Dajjal Neoliberal Meminta Tumbal

Karena Buku Sejarah Ditulis Dengan Darah
Dengan Anggur dan Nanah
Dengan Kotbah dan Sampah

Maka Argumen Terlahir Dari Kerongkongan Korban
Digorok Dipagi Buta Di Lapangan Pedesaan
Dikubur Bernafas Dimalam Semua Kutukan

Menaruh Rima Diatas Hitungan Ritme Pukulan Rotan Brimob
Pengganti Aroma Smirnoff
Berakhir
Layak Hasrat Deborg Berepilog Tanpa Akhir
Kombinasi Mutakhir Para Gerilyawan Kashmir

Tolstoy dan B-boy Yang Menari Diatas Pasir
Hingga Para Aparat Gomorrah Tak Berdiri Tanpa Dipapah
Hingga Berhala Yang Kau Sembah Merata Dengan Tanah
Dengan Khasanah Busur Serapah Tanpa Panah
Dengan Ranah Yang Merubah Kotbah Yang Menjadi Limbah

Dengan Lanskap Penuh Kesumat
Despot Melaknat
Penuh Bigot Yang Bersandar Pada Jaminan Polis dan Jimat
Maka Kupinang Kepalan Pelumat
Tirani Valas Yang Tak Pernah Tamat Memplagiat Kiamat
Hingga Liang Lahat

Dengan Eskalasi Perang Badar
Membakar Akar Penyeragaman Bawah Sadar

Pasca Kolonial Pasca Neraka Horizontal
Pasca Bumi dan Langit
aku dan Kau Menjadi Wadal

Sejak Para Kaisar Merapal Mantra Anti-makar
Sejak Para Patriot Tak Pernah Sadar Menjadi Barbar

Rima ini ku Rancang Untuk Menantang Mitos
Hegemoni Rezim Dewa Logos
ku Rancang Rima Ababil Yang Bidani Holokos
Jika Kau Bangun Kastilmu Tuk Mendominasi Kosmos

Antitesa Dari Semua Petuah Para Tetua
Penguasa Gua
Gabah dan Semua Kutukan Tak Bertuah
Rima ini Adalah Hitam Merah Tetesan Darah
Pemusnah Lintah Bendungan Siklus Hasrat dan Amarah
Ludah Para Penadah Gejah Yang Menawar Bid’ah
Yang Lupa Melawan Titah
Kerajaan Risalah

Pemungut Arwah Peluluh Lantah Kaki Tangan Kepala Berhala Yang ku Nujum Punah
Serupa Jalur Ziarah Satuan Batalyon Lakon
Yang Membantahkan Konon Gurita Monitor Panoptikon
dan Jargon Perluasan Koloni Kanon
Perpanjangan Netra Mossad dan Agenda Titipan Pentagon
Agen Intelejen Berbisik Dalam Dialek Dekaden
Berdiskusi Tentang Ribuan Ancaman Bahaya Laten
Lumpen Yang Membangkang
Hedonis Yang Mencoba Terbang
Sufi Yang Menjangkau Terang dan Anarkis Yang Merontakekang
Rima ini Adalah Kontra Komando
Menolak Berkarat
Di Pengujung Tengat M’rancang Beliung Serupa Tornado
Untuk Balans Yang Banal
Balada Dalam Kanal Dialog Satu Arah Sejarah Yang Berkoar Bertemu final
Hingga Satu Subuh Para Sayap Terentang
Menantang Menara Rutan Dengan Kesadaran Para Pecundang
Berembuk Di Pojokan Selokan Desa dan Urban Merakit Plot Armamen Ababil Sebelum Mentari Datang
Sebelum Cenayang Industri Keluar Mencari Mangsa
Menuai Bara Dari Pusara Kalam dan Makam Wacana
Kesucian Taklid Yang Menyuburkan Bencana
Para Penikam Punggung dan Para Pengkhianat Lantai Dansa
Pasca Kolonial Pasca Neraka Horizontal
Pasca Bumi dan Langit
aku dan Kau Menjadi Tumbal
Sejak Argumen Hanya Berkisar Di Pusaran Selasar
Surga dan Neraka
Kontol
Isu Kelentit dan Biji Zakar
Yo

Rima ini ku Rancang Untuk Menantang Mitos
Hegemoni Rezim Dewa Logos
ku Rancang Rima Ababil Yang Bidani Holokos
Jika Kau Bangun Kastilmu Tuk Mendominasi Kosmos


(Illsurrekshun)

Vanguard
“YEAAHH!! Kalam kutukan puputan penasbihan penghabisan,..
Illshurekshun for Impending resurrection!
Hari ini atau tidak sama sekali,.. Hari ini atau tidak sama sekali,.!!
Yo Sarkasz,. show’ em how we do it boy,..C’ MON!!”

[Sarkasz]
melepas kekang kendali pada hitungan detik kematian
satuan laskar aksara penghancuran dinding keterasingan
rima ini melintang ditengah ribuan riba yang datang menagih hutang
rintangi bantuan luar negeri yang bernegosiasi dengan bahasa musang
menghunus belati kalam profan pada altar persetubuhan
yang berbagi tuhan bersama kuasa modal dalam wujud siluman berturban
mutan susupan Mc D layaknya iblis marduk yang membuang pelanduk
merangsek setiap pintu masuk yang tak fitrah tanpa sarung cap gajah duduk
tak sudi membusuk menanti panggilan di parkiran imam mahdi
dalam simulasi hidup yang meraga dalam masturbasi raam punjabi
kami tandingi setiap eksistensi dari sekedar menjual dan membeli
menyembah dan mematuhi segala konon yang tak lama lagi kamu akhiri
kami kembali mengangkat setiap kepala yang tertunduk untuk berhenti
meratapi tuhan yang telah mati dikhianati profit, dominasi dan ekspansi
satu barisan ribuan mimpi kami hidupkan kuasa amorfati
yang berdiri tegak mandiri tanpa bank mandiri
hiphop harakiri negasi hidup dari lanskap yang terkooptasi
di saat setiap bongkahan emas di freeport telah lelah menjadi saksi
korporat rambo dan kacung WTO yang tengah bermimpi
berkomposisi bak guantanamo sekolosal mega-orkestra steve albini
kalian amini manipulasi informasi yang beramunisi ritual dekadensi
berplot genosida berkoneksi kabel tv
maka surga neraka yang kami hadirkan dalam kombinasi terkini
biner termutilasi pada setiap lanskap insureksi yang mereka kafiri

“Yo word to the Morgue Vanguard, Sarkasz is back for the M-I-C
Still droppin shit like ‘em based on jeep beats
Illshurekshun to the fullest,..
Yo MV, get down (?) one time, C’MON!!”

[Morgue Vanguard]
ribuan kepala yang mengakar pada reruntuhan atlas
meranggas pada batas hirarki antara mikropon dan karkas
hari ini mulailah berhenti mempertanyakan kualitas
gundukan rima dengan populasi MC yang lebih padat dari cicadas
sepanas lubang anus kalian disodomi korporasi tanpa pelumas
kami bayar lunas semua tagihan pay dues sejak jaman itang yunas
kami pangkas semua manuver ken arok ditengah belukar riba pasar
agen makar membuang hajat pada pelataran dan tangga altar
kami hajar semua kebangkitan berhala, ideologi gembala
hidup yang menolak bergantung pada saudagar serupa Yusuf Kalla
para imam korporasi yang khusuk di kala merancang sangkala tiruan
yang ditunggangi zionis imperialis yang coba menabur bala
rima ini adalah, Sahin, Fajr dan Zetzal
Penghantam barisan produk korporasi pemasok Israel di toserba yang berjejal
Pelumatan kollateral, kombatan prosa hypereal
Plot pencahar agenda laskar laba yang lebih Tsar dari semua tiran dan kaisar
Satuan lingkar risalah yang hidup dari kepulan asap
Yang kami hisap dari manual hisab lapangan mu yang terbakar
Rima ini lebih sakti dari Pancasila, yang siap menantang invasi
Dari jadah global Sony hingga korporat domestik serupa Bakrie
Kontra-takdir serupa satuan sayap ababil yang menabur kerikil
Pada jalur komando dari Pentagon hingga Kodam, Kodim dan Koramil
Pada kontrak para merkantil yang menggadai Cepu pada Exxon Mobil
Kami rakit ribuan prosa martil
Bagi mesin lobi Rupert Murdoch yang menagih martir,..

“YEAHHAHAHA!! Homicide kembali pada penyangkalan serupa bara
Kami maklumatkan penasbihan kepalan yang berhitung dengan penyeragaman bawah sadar
Bagi semua kawan yang bertahan hingga nafas penghabisan,..
Kita panjatkan pada semesta, kalam kutukan puputan,.C’MOON!!”
HO!! HO!!HO!!HO!!HO!! HO!! HO!!HO!!

(Tantang Tirani)

Ini adalah monumen tengat kesabaran dan angkara
Satu barisan, ribuan mimpi
Titik berangkat yang tak pernah dapat kami datangi kembali
Terbuang serupa fotokopian pamflet aksi di setiap perempatan
Harapan kami akan berakumulasi menyaingi nyalak senapan kalian!
Kami merayap dalam lamat menyaingi hantu-hantu pesakitan
Hingga waktu kalian mencapai tengat…

Titipan angkara mereka yang tak bisa lagi bersuara
Ini muara seluruh murka lawas yang kehilangan nyawa
Dalam hitungan langkah kami akan isi angkasa
Dengan ribuan pekik yang sama saat kalian terbakar bersama bara
Terlalu kentara manuver mereka memplot penjara
Hukum, moral, kebebasan, batas surga dan neraka
Merancang kontrol bawah sadar serupa bius pariwara
Menjagai setiap inci palang pintu modal dengan tentara
Sebelum waktu yang banal jumud berkanal
Semua momen heroik yang tak pernah tercatat dalam tanggal
Biarkan mereka lafaz semua peringatan yang mereka hafal
Setiap ayat pasal karet pertahanan para tiran berpangkal
Kebebasan yang datang saat kau tak memiliki lagi harapan
Saat opsi tersisa adalah berdiri menantang para tiran
Saat momen terhidup dalam hidupmu adalah memasang badan di tengah medan
Kawan, mana kepalan kalian?!

[Chorus]
Serupa biksu Burma di hadapan moncong senapan
Serupa malam Januari yang menandai Chiapas
Serupa seruan Chavez di depan muka Amerika
Serupa tangan Intifadha yang melempar batu di Palestina
Serupa siklus ronta kota pasca Genoa
Serupa rudal Hizbullah di daerah pendudukan
Serupa rahim setiap ibu yang melahirkan para kombatan yang menantang setiap tiran di titik nadir perhitungan

Kami menolak menjadi bidak, sekedar sekrup dan tumbal
Target pemasaran sampah industri kapitalis global
Sekedar hidup lurus dalam dikte penguasa arus
Sekedar kalian tahu kami akan bertahan sampai mampus
Kalian awetkan hegemoni dengan balsam mumi anti-teror
Kombinasi intel dan preman menebar horor
Kalian kerangkeng kami dengan pembenaran semantik
Kami rancang kalam puitik yang lebih bersenjata dari ribuan manifesto politik
Kaya semakin kaya, miskin semakin papa
Kalian dapat berlindung di balik ocehan nasib dan samsara
Lakukan apapun termasuk menjadi tuhan
Kami akan berdiri di sini, tak sendiri, hingga nafas penghabisan
Kebebasan yang datang saat kau tak memiliki lagi harapan
Saat opsi tersisa adalah berdiri menantang para tiran
Saat momen terhidup dalam hidupmu adalah memasang badan di tengah medan
Kawan, mana kepalan kalian?!

[Chorus]
Serupa kesabaran terakhir para buruh di palang pintu pabrik
Serupa panen terakhir para petani penggarap
Serupa tengat miskin kota di ujung penggusuran
Serupa pilihan terakhir Pasifis di hadapan ancaman pasar
Serupa harapan mereka yang tak bisa lagi berharap
Serupa pilihan terakhir keluarga korban kekerasan negara
Serupa rahim setiap ibu yang melahirkan para kombatan yang menantang setiap tiran di titik nadir perhitungan

[Spoken II]
Kami akan bangun kembali godam dari reruntuhan dan berangkal harapan
Keyakinan yang menyaingi semua manual langitan
Esok akan terlalu terlambat, hari ini atau tidak sama sekali!
Meski kalian coba bunuh kami berkali, kami akan lahir berkali bergenerasi
Harapan meski sebutir pasir di lautan yang menyapa setiap kawan
Dan menagih setiap jemari yang pernah menjanjikan kepalan
Untuk menggetarkan nyali para tiran!

[Soundclip dari orasi di lapangan]
Kawan-kawan, dengarkan kawan-kawan!
Komando ada di tangan saya, jangan terpancing provokasi!
Kawan-kawan, tunjukkan pada mereka kita tak akan bergeming hari ini, kawan-kawan!
Komando ada di tangan saya. Satu langkah untuk pembebasan!
Hitung mundur dari sekarang!!

(Boombox Monger)

Jika konsumen adalah raja maka industri adalah Kasparov
dan setiap vanguard lapangan tak lebih Lenin dari Ulyanov
mencari poros molotov
yang tak lebih busuk dari kritik kapitalisme George Soros
senyawa dari nyawa kreator dan sendawa para insureksionis berkosmos
ruang diluar buruh dan boss, dan kertas Pemilu yang kau coblos
dimana komrad ku mengganti logos dan kamus dengan batu Sisifus
memutus selang infus negara dan institusi sampai mampus
pada lahan bertendensi kooptasi Sony dan empty-V dan para radio penyedot phallus
fasis bertitah ‘harus’, mengayunkan pedang pada sayap setiap Ikarus
dengan hirarki dalam modus operandi layak Kopassus
microphone bagi kami adalah pemisah kalam dengan pembebasan yang mengkhianati
milisi tanpa seragam koloni, hiphop philantrophy seperti Upski
resureksi boombox yang sama pada Madison Park awal delapan puluhan
membawa ribuan playlist dari Chiapas, Kosovo dan Jalur Gaza
Seattle dan Praha, Checnya, Genoa, Yerusalem, Dili dan Tripoli
untuk api militansi aktivisme yang meredup pasca molotov terakhir terlempar di Semanggi
obituari dari lini terdepan milisi pada garis batas demarkasi
jelaga resistansi lulabi penghitam langit tanpa teritori
logika tanpa kuasa perwakilan yang layak dikremasi
ketika senjata bermediasi, ketika ekonomi dan valas berubah sosok menjadi tirani
jelajahi setiap kemungkinan dengan kain kafan modernisasi
prosa beraliansi dengan
dekonstruksi surga-neraka rakitan, militansi tanpa puritan
Verbal Homicide, Rock-Steady Bakunin, MC Klandestin
pada peta sirkuit boombox para B-boy kami adalah Fretilin dalam kacamata Bakin / Makhnovist yang melukis realisme sosialis diatas kanvas Dada
Post-Mortem Hip-Hop takkan pernah berkaca bersama Fukuyama
dialektika kami tanpa radio dan visualisasi anti-HBO
tanpa agenda politik partai yang membuat Mussolini membantai D’Annunzio
juga korporasi multinasional yang menjadikanmu lubang senggama
kooptasi kultur tandingan yang berunding dalam gedung parlemen Partai Komunis Cina
yang mereproduksi Walter Benjamin ke tangan setiap seniman Keynesian
yang mensponsori festival insureksi dengan molotov cap Proletarian®
instruksi harian dalam mekanisme kontrol pergulatan menuju amnesia
lupakan Colombus, karena Bush dan Nike® telah menemukan Amerika®
inkuisisi mikrofonik dalam kuasa estetika
yang merevolusikan pola konsumsi menjadi intelektualisme organik seperti Gramsci
ekonomi membuat kami mendefinisikan otonomi pada mesin foto kopi
rima anti-otoritarian memandikan bangkai Hiphop® yang tak pernah kau otopsi
membaca peta kekuasaan seperti KRS-ONE dan MC Shan
sambil meludahi modernitas seperti Foucault diatas neraka Panopticon
ketika Moralitas® telah berubah menjadi candu seperti Marxisme® dan Agama®
maka MC mengambil mikrofon dan melahirkan tragedi dari puncak Valhalla
karena Ardan® dan kalian hanya akan melahirkan kombinasi busuk seperti Iwan
dan Djody, dikotomi antara Farakhan, Amrozy, dan Nazi
bongkar paksa setiap parodi labirin eforia sensasional Harry Roesli
B-boy semiotika artifak simultan antara ekstasi dan revolusi
setiap properti privat adalah galeri dan merubah eksistensi
menjadi pertahanan paling ofensif para Darwinis yang menolak menjadi partisan

(Semiotika Rajatega)

MC hari ini lebih banyak memakai topeng dari Zapatista
hampir sulit membedakan antara bacot patriot dan miskin logika
bicara tentang skill dan kompetisi, mengobral sompral
jatuh setelah berkoar, lari dengan ujung kontol terbakar
MC butuh federasi dan breakbeats berdasi
untuk sekantung wacana basi dan eksistensi
MC Tampon, mencoba membuat mall menjadi Saigon
amunisi tanpa kanon, mucikari martir yang gagal mencari bondon
sarat kritik, kosong esensi seperti kotbah kyai Golkar
bongkar essay kacangan lulabi usang pasca makar
gelora manuver rima Kahar Muzakar
tak akan pernah dapat menyentuh beat pembebasan B-Boy Ali Asghar
hiphop chauvinis, kontol kalian bau amis, memang tak akan pernah habis
persis duet Hitler tanpa kumis dan Earth Crisis
krisis identitas, menyebut teman nongkrongnya ‘niggaz’
sebut dan diss nama kami, kubuat bacot kalian karam seperti Tampomas
berusaha setengah mati menjadi negasi
berlindung dibelakang pembenaran interpretasi, basa-basi
mengobarkan kebanggaan dengan microphone terseret
tak sabar menunggu saat monumental kalian berduet dengan Eurrico Guterrez /
Ternyata rencana invasimu lebih meleset dari konsepsi
dan prediksi partai marxist akan kematian borjuasi
melemparkan invitasi MC pada setiap rima
dan Homicide masih mendominasi sensus kematian populasi akibat rajasinga
MC adalah negara yang membuat kontradiksi tak pernah final
tanpa menifestasi yang sesubstansial gerilyawan maoist di Nepal
lirikal neoliberal, yang memaksa indeks lirikmu turun drastis
dan terlihat lebih dungu dari logika formal, terlalu tipikal
dan masih jauh dibawah horizon minimal
memiliki nasib yang sama dengan PSSI dalam kancah internasional
hadirkan konfrontasi maka MC lari mencari pengacara
dan mengakhiri argumen dengan histeria seperti Yudhistira tanpa hak cipta
jangan berharap unggul dengan skill bualan ala TV Media
yang membuat kau dan Iwa tersungkur dalam satu kriteria
///representasi yang membuatmu nampak seperti fatamorgana
membuat setiap microphone battle berakhir dengan wajah yang sama
persetan dengan persatuan, hiphop hanya memiliki empat unsur
dua mikrofon, kau dan aku, tentukan siapa yang lebih dulu tersungkur /
Memang memuakkan melayani diplomasi scene lawakan
tapi pasti kalian dapatkan jika kalian menginginkan konflik atas nama kebanggaan
bidani bacot murahan tentang imortalitas hiphop seperti liang dubur
pahlawan kesiangan yang membuat lagu lama konservatif keluar liang kubur
karena aku adalah seorang kapiten neraka
mematahkan pedang panjang para lokalis duplikat dan plagiat para Wu-Tang
arwah objek kritik lapuk layak sosialisme ilmiah
kalian ancam kami dengan lulabi akidah
paku dalam bingkai kaca keagungan moralitas, persetan kuantitas
kematian memang identitas yang tak perlu imortalitas
label adalah reduksi, komoditas residu industri
kultural hegemoni, membidani oponen dalam posisi
Prosa pramudya yang bukan Ananta Toer
Mengepal jemari meski dengan batas teritori yang terkubur
memenej kalbu tanpa retorika Aa Gymnastiar
menembus urat nadi distribusi tanpa harus membuat izinku terdaftar
MC menabur bensin dan tak pernah punya nyali menyalakan korek
membacot dibelakang punggung lebih parah dari CekNRicek
[] MC Yang sama petantang-petenteng
sekarang membawa aikon biz lebih banyak daripada anggota Slank
Kalian para martir hiphop, patriot tai kucing
Yang membela lubang pantat logika dengan darah
Siapkan microphone kalian dan siapkan untuk menutup lubang tai sejarah
dan bagi kalian yang menginterpretasikan lagu ini untuk kalian..
Lebok tah Anjing!


(Nekrodamus)

1 01 2010
Kami yang menari…
Hanya menyembah kuasa…
Dan meredam semua dinding–dinding neraka…
Kami yang menyimpan derita pada pintu-pintu surga…
Yo! Mereka yang menyimpan gelisah pada kegelapan
harus menaruh ngeri pada benih yang ditabur kemiskinan
yang menyimpan bara lebih banyak dari koleksi Tuhan atas kutukan
sehingga setiap jiwa yang mati tak harus menunggu proses pembusukan
dan mereka yang meredam angkara harus menyadari dinding bangunan
yang membuat pilihan tak dikirim tuhan untuk bebas dari setan
dan bersimpati pada nisan sebagai maha simbol kearifan
Dipungut setengah terpaksa di belokan separuh jalan
hidup yang berkubang hampir menyerupai selokan
dengan kubangan dimana mereka membuang limbah dan selongsong deodoran
megatruh kota yang meradang dibawah billboard Nokia dan Coca Cola
kokoh berpola seragam layak output GTO dan opini para tentara
menagih laba lebih banyak dari para kurir samsara
menagih suara di hari yang haram kau boikot atau menghuni penjara
menagih nyawa anakmu sebagai ganti wadal perantara
dengan belerang, valas, narkotik, sesajen dan maskara
jangan berkotbah tentang kiamat dipojok lokalisasi dimana malaikat
hanya boleh menjemput mereka yang sekarat
mencegat nafas setengah hidup dibekap
dilanskap pesugihan permanen sebagai pengabdi kamar mayat
tanpa belikat menjalani kanal berangkal dengan urat nadi tersayat
Apa yang dapat diharap dari intelektual yang sibuk merancang sengkarut
teori diatas statistik dan balistik filsafat yang sibuk membadut
Apa yang bisa diharapkan dari aktivisme yang pasang surut
kamerad, tak ada revolusi ditengah rakyat yang militan memasang buntut
sehingga petaka adalah antrian sembako dan kita menanti nomor urut
sehingga setan berhutang kegelapan lebih banyak dari metafor novel Phutut
meta-gore gospel thagut, laghut menyembunyikan makam lebih lihai dari kabut
lebih picik dari fatwa pengecut tebaran para imam yang tersudut
Penguasa kota ini menegakkan keamanan dengan memelihara rasa takut
Dinding kota ini mempromosikan kebebasan dengan mulut, hasrat dan mata tertutup
penegak iman disini membangun imaji Tuhan dengan kilatan pedang diatas punduk
maka kami tak butuh manual moral atas apa yang layak dan apa yang tidak patut
***
Sudah kuduga aku akan berubah wujud, separuh hamba, separuh Tuhan, separuh Marduk
Separuh hidupku dirajam berkah, tetap terkutuk
Separuh kutinggalkan terikat di rel kereta,
Separuh kusisakan untuk tiga matahatiku (matahariku), dan kubiarkan berlanjut

(PANOPTIKANUBIS)

Homicide
[Morgue Vanguard]
Satu bangsa dibawah kontrol korporat
satu bangsa dibawah kendali kuasa yang meminta taat
satu kumpulan anubis pengawas siap menebar pukat
dan semua kesadaran harus tunduk pada mesin laba tanpa sarat
mereka sangat awas dengan monitor menggurita
menguasai dunia lawas hingga arah masa depan kita
menguasai dunia mimpi bawah sadar dan mengendalikan cerita
menguasai jaringan seluler, radio dan kanal-kanal berita
mereka di belakang layar semua plot laknat didunia
mereka berwujud apapun bahkan yang tak pernah kan kau kira
mereka buntuti kemanapun, apapun yang kalian lakukan
karena mereka selalu berhak mencap semua aktivitas mencurigakan
ak cukup dengan satu dua badan intelejen, jutaan agen
tak cukup mematikan pembebasan dengan isu bahaya laten
garda depan tirani berarmamen
hari ini gulag berwujud kontrol anti-teror dalam bentuk detasemen
dan bumi yang kita pijak adalah neraka kala
eskalasi operasi mencapai titik menabur bala
jangan pernah katakan motif Mossad dan BAIS sama sekali berbeda
hingga satu hari semua orang terpasang chip pelacak di tengkuk mereka,

[Gaia]
Kloning tuhan awasi gerak
bagaikan rutan seperti hutan
diawasi serigala pemangsa kala
terus berkala membangun garda
cuci otak tanpa makna semua berkala
kuasai dunia nyata hingga maya
dibalik asa ketakutan tahta hilang merata
legenda konspirasi sarat keranda
bukan sinetron belaka itu nyata
bersama sutradara kasat mata
coba bungkam semua yang bicara
semua aral didepan mata
halalkan cara
bantai semua yang ada
kita berpijak pada tanah tak berpihak
dimana hak terkoyak
benar dan salah tersamar kemarau kabut valas tanpa validitas
persempit ruang gerak aktivitas bahaya laten
berkedok falsafah kebenaran yang diagungkan
lebih busuk dari gabungan rentenir dan penyihir
semua tabir akan terkuak di saat semua bergerak
merapat tantang malaikat mau pencabut belikat
pekat siaga kepada kiamat buatan; teknologi anjing panoptikan

(KLANDESTIN)

ditengah hidup yang menyerupai rutan yang kehilangan sipir
mengepal jemari hari ini sesulit membongkar jaringan pembunuh Munir
dengan pilihan diantara menjadi tumbal atau martir
kami kembali dengan eskalasi penghakiman hari akhir
dengan syair penantang satir korporat vampir
sejak tafsir NAFTA dan Bush mempeluas petak takdir kutukan
membangun gerakan yang tak semudah merakit molotov oplosan
oposisi kiri-kanan yang terlalu basi menjadi oposan
hitung kembali kawan yang melangitkan kepalan
bangunkan kawan yang tersisa dan terlelap menenggak lipan
kabarkan setiap lini kehidupan adalah front terdepan,
kembali isi amunisi hasrat dan mimpi ke dalam barisan
warisan kesumat yang membutuhkan lebih banyak lagi kanon
lebih banyak lagi pembangkangan sipil serupa Porsea Indorayon
serupa Bojong, serupa ribuan titisan
bagi setiap kota yang menolak didominasi mall, penjara, monumen dan nisan
Klandestin, manuver hantu serupa Vietkong
sejak tanah, udara dan air hanya sesajen bagi para cukong
begundal pasar bebas yang mengantri di jalur by-pass
yang bebas merangkai plot dominasi dalam satu pentas
dan laknat ini yang kembali menyeruak sejak Nipah dan Haur Koneng
merubah setiap rima dan ritme menjadi awal lonceng
kematian bagi IMF, WTO dan World Bank
Dan setiap poin agenda penaklukan koloni yang mereka bonceng

#chorus
Rima pemanggil arwah yang menziarahi pitam
Dengan pekat hitamnya langit saat memudarnya harapan
Nazar luka puputan, kalam penghabisan
Satu bangsa di bawah kontrol korporat, kami langitkan kepalan

Lubang hitam kepastian memaksaku mewadal
Bernafas dalam kanal, meradang di dalam banal
Kapal yang karam diperosok khayal dan domestifikasi hidup berkawal
Bayangan ku yang berubah menjadi selakangan jadah tersamar
Memugar setiap hasrat yang memudar, nafas terakhir di belukar
Ritual dengan ambisi di penghujung bulan kalkulasi bumikan nazar
Fajar kematian berhala, altar bangunan moral dan biji zakar
Hari ini konsumsi hanyalah masturbasi hidup di hapadan pasar
Maka ku rapal rima negasi kosong sehitam aspal
Sekilat anval, berbekal anggur dyonisian berdosis fatal
Di antara tumpukan berangkal artefak lama B-boy berkepal
Kontra-armamen tapal pelontar mortal pembantai portal
Sakramen hidup yang lagi memerlukan afirmasi terdaftar
Simbiosa mutual agenda neoliberal berpagar
Serifikasi halal yang sedangkal menakar semua ikhtiar
Para pembangkang yang terlalu mudah untuk ditangkal
Rima ini bertiwikrama dalam badai horizontal
Tak pernah tertulis pada lontar,
terror imaji korporasi pembunuh berantai
kami jajarkan nama terbantai, kami hitung semua bangkai
dari jejak kemenangan ribuan perang yang tak pernah kami capai
Untuk memaksa neraka keluar barak dan kawanan anjing
Yang bermufakat dengan pangkat, patriotisme dan arak
Disaat dinding keterasingan hasrat menjadi kota terlarang
Kami tak meminta Valhala, kami jadikan surga kalian rampasan perang


(BARISAN NISAN)
Artist : Homicide

matahari terlalu pagi mengkhianati
pena terlalu cepat terbakar
kemungkinan terbesar sekarang adalah memperbesar kemungkinan
pada ruang ketidak-mungkinan
sehingga setiap orang yang kami temui tak menemukan lagi satu pun
sudut kemungkinan untuk berkata “Tidak mungkin”
tanpa darah mereka mengering

sebelum mata pena berkarat menolak kembali terisi
sebelum semua paru disesaki tragedi
dan pengulangan menemukan maknanya sendiri
dalam pasar dan semerbak deodorant

atau mungkin dalam limbah dan kotoran
atau mungkin dalam seragam sederetan nisan
atau mungkin dalam pembebasan ala monitor 14 inci
yang menawarkan hasrat pembangkangan ala Levi’s dan Nokia
atau dalam 666 halaman hikayat para bigot dan despot
yang menari ketika jelaga zarkot berangsur menjadi kepulan hitam
berselubung Michael Jordan di pojokan pabrik-pabrik ma’lun para
produsen kerak neraka berlapis statistik
pembenaran teatrikal super-mall

opera sabun panitia penyusun undang-undang pemilu
yang mencoba membanyol tentang kekonyolan demokrasi
yang rapi berdasi menopengi mutilasi pembebasan dengan sengkarut argumen basi
tentang bagaimana menyamankan posisi pembiasaan diri di hadapan seonggok tinja
para sosok pembaharu dunia bernama PASAR BEBAS dan perdagangan yang adil
untuk kemudian memperlakukan hidup seperti AKABRI dan dikebiri matahari
terlalu pagi mengkhianati
dan heroisme berganti nama menjadi C-4, Sukhoi dan fiksi berpagar konstitusi
menjenguk setiap pesakitan dengan upeti bunga pusara dari makam pahlawan tetangga
bernama Arjuna dan Manusia Laba-laba
pahlawan dari Cobain hingga Visius
dari berhala hingga anonimous bernama Burung Garuda Pancasila
yang menampakkan diri pada hari setiap situs menjadi sepejal bebatuan yang melayang
pada poros yang sejajar dengan tameng dan pelindung wajah para penjaga makam Firaun berkhakis
yang muncul 24 jam matahari dan gulita bertukar posisi setiap pojokan
bahkan di kakus umum dan selokan mencari target konsumen dan homogenisasi kelayakan
maka setiap angka menjadi maka dan makna
ketika kita disuguhi setiap statistik dan moncong senjata dengan ribuan unit SSK
untuk menjaga stabilitas bagi mereka yang akan dinetralisir karena menolak membuang buku Panton sebagai panduan kebenaran
sejak hitam dan putih hanya berlaku di hadapan mata sinar xerox
menolak terasuki setan dan tuhan yang mewujud dalam ocehan pencerahan kanon-kanon
degungan Big Mac dan es krim cone yang berseru,
“Beli! Beli! Beli! Konsumsi, konsumsi kami sehingga kalian dapat berpartisipasi dalam usaha para anak negeri yang berjibaku untuk naik haji!”
oh… betapa menariknya dunia yang sudah pasti
menjamin semua nyawa dan pluralitas dengan lembaran kontrak asuransi
dengan janji pahala bertubi
dengan janji akumulasi nilai lebih, bursa saham
dan dengan semantik-semantik kekuasaan yang hanya berarti dalam kala
ketika periode berkala para representatif di gedung parlemen memulai tawar-menawar jatah kursi
dan kekuatan hanya berlaku paska konsumsi cairan suplemen, tonik dan para biggot bertemu kawanan
dan cinta hanya akan berlabuh setelah melewati sederatan birokrasi ideologi berwarna merah, hijau, hitam, kuning, biru, merah, putih dan biru
dan merah
dan putih
Oh betapa indahnya dunia yang berkalang fajar poin-poin NAFTA
sehingga pion-pion negara yang berkubang di belakang pembenaran stabilisasi nasional
menemukan pembenaran evolusi mereka dengan berpetakan saluran-saluran pencerahan
para rock-stars yang lelah berkeluh-kesah
kala peluh mengering kasat di hadapan pasanggiri lalat telat pasar
dan kilauan refleksi etalase dan display berhala-berhala
berskala lebih taghut dari ampas neraka diantara robekan surat rekomendasi negara donor
perancang undang-undang dan fakta-fakta anti-teror
para arsitek bahasa penaklukan para pengagung kebebasan
kebebasan yang hanya berlaku di hadapan layar flatron kemajemukan ponsel demokrasi kotak suara dan pluralisme gedung rubuh
Oh betapa agungnya dunia di hadapan barisan nisan yang dikebiri matahari
dan terlalu pagi mengkhianati


Maka, jangan izinkan aku untuk mati terlalu dini, wahai rotasi CD dan seperangkat boombox ringkih.
jangan izinkan aku mendisiplinkan diri ke dalam barisan, wahai bentangan celuloid dan narasi.
Dan demi perpanjangan tangan remah di mulutmu, anakku, jangan izinkan aku terlelap menjagai setiap sisa pembuluh hasrat yang kumiliki hari ini.
 Demi setiap huruf pada setiap fabel yang kututurkan padamu sebelum tidur, zahraku, mentariku,
jangan sedetikpun izinkan aku berhenti menziarahi setiap makam tanpa pedang-pedang kalam terhunus, lelap tertidur tanpa satu mata membuka, tanpa pagi berhenti mensponsori keheningan berbisa,
tanpa dilengan kanan-kiriku adalah matahari dan rembulan, bintang dan sabit, palu dan arit, dan bumi dan langit, lautan dan parit, dan sayap dan rakit hingga seluruh paruku sesak merakit setiap pasak-pasak kemungkinan terbesar, memperbesar setiap kemungkinan pada ruang ketidakmungkinan sehingga setiap orang yang kami temui tak menemukan lagi satupun sudut kemungkinan untuk berkata tidak mungkin tanpa darah mereka mengering sebelum mata pena berkarat dan menolak kembali terisi.

Dan matahari tak mungkin lagi mengebiri pagi untuk mengkhianati

(CHECK YOUR PEOPLE LYRICS)
[MORGUE VANGUARD]
Yo doyz, man. My mic sounds nice check one
Boombap para wali, yang mengiringi kalam milisi
Dari mikropon yang dicengkram menahun
Serupa tambang para jenderal di Morowali
You know what time it is

[DOYZ]
Garda negara terdepan datang menghajar, ratakan badan & ladang di kala fajar
Aroma ban terbakar beserta para demonstran yang terkapar berikan kabar
Tentang kehancuran asa dari berbagai lini
Tentang kematian kurawa sejati dalam teori demokrasi
Melindungi dan melayani, merundungi dan mengkafani
Ekonomi yang di monopoli, giring kami jadi supir taksi
Trias koruptika, di republik milik tentara
Definisikan habitat kami ke dalam dua kriteria
Kotak pungutan pajak dan suara
Riuh gaduh ampunan pajak dan pilkada, untuk apa?
Perampasan lahan secara simultan, untuk siapa?
Konsumsi sinetron kopi sianida yang berkepanjangan
Sinergi monoton massa overdosis agama haus akan pengkafiran
Pahlawan dan panutan palsu penuh skandal
Politikus & Selebritas selaras bersujud di atas altar feodal
Sudi dianal oleh imperialis lokal
Masuknya ribuan tenaga kerja ilegal, Amdal abal-abal, dan kekacauan elektoral
Adalah sinyal dari supremasi tiran pemodal

[MORGUE VANGUARD]
Bagi mereka yang mempertahankan ruang hidupnya
Dari ujung barat hingga timur
Di mana bentang solidaritas bergaung sekeras
Fabrikasi kebenaran a la rezim diusung
Tarik garis demarkasi

Mendaras rima kontra derap sepatu lars
Dan popor laras senapan yang mendarat pada paras
Di atas dentuman boombap bernyawa menapak tilas
Jejak penyintas yang absen tercetak di koran berjuta tiras
Yang merampas urgensi dari raungan sirine
Yang merampok substansi dari tangsi rima dan ritme
Periksa ulang relasi usang politik ruang
Provokasi uang manuver para agen properti bermain peluang
Periksa ulang setiap blueprint dan peta konflik
Siapa yang berada di belakang kendali setiap intrik
Mesin uang dan politik, hukum dan pemilik
Koran, TV, ormas, laskar, tuan hakim dan penyidik
Selidik tanah yang dibebaskan bagi karpet merah para pelaku
Industri lahan sewa dan pasar mewah pabrik sepatu
Matrix terpadu dengan buruh yang takkan pernah mampu
Memiliki tubuh tanpa peluh yang setiap subuh meregang saku
Simpan doktrin kalian soal cinta tanah air
Bagi mereka yang tak punya tanah dan selalu membeli mahal air
Bagi mereka yang terusir dan menjadi martir
Saat nasib dipaksa parkir di bawah cakar Garuda dan
Berakhir hidup di bawah tanah serupa Moria
Di bawah angkara aparat yang tercatat
Sejak Rotor dan 'Pluit Phobia'
Hingga tiba di era ekspansi menggurita
Terekam oleh WatchDoc dengan kamera
Yo Doyz, T.D.A

[DOYZ]
Tinju di angkasa, Untuk mereka yang sagunya tergantikan sawit di papua
Untuk mereka yang terhimpit tambang liar di Bone, Sinai, hingga Gowa
Masyarakat adat, Petani Langkat, Mereka yang mempertahankan konservasi di Teluk Benoa, hingga mereka yang dihujani serbuan bulldozer di ibukota.. Satu cinta

[MORGUE VANGUARD]
Bagi mereka yang bertahan di Rembang dan Pati
Di hadapan rezim Bandara di WTT dan Majalengka
Di bawah ancaman tambang di Kulon Progo, Lumajang
Sumatera Utara, Karawang, Jambi hingga Bangka
Di bawah bedil di Urutsewu dan Bima
Di hadapan rezim konsesi dari Indramayu hingga Moromoro
Yang bertahan di hadapan PLTU dari Batang hingga lereng Ciremai
Dan di sudut-sudut kampung kota yang digempur penggusuran

Kabarkan
(RADIO RAHEEM)

(Sarkasz)

Massa tak pernah siap serupa 2002 dan Godzkilla
Serupa regisida kolosal oleh Attilla
Ennio Moriccone-esqued J-Dilla
Kombinasi pada rahang Frazier di Thrilla in Manila
Post-Fila hiphop setara milisia misi IRA
Dengan visi memindahkan Sorbonne ke Sisilia
Crimethinc ke Syria dengan keberandalan Galia
Yang me-Mumia Abdul jagal babi kan dunia
Rima faksi rhythm kontra fasis sindrom
Mars di moshpit seperti Godless Symptoms
Menolak Saigon menjadi martir sistem
3 ronde bagi Reaganomics dan Sonny Liston
Ali Bomaye MC Norton dan Golota
Serupa karir Chanco era Pablo di Bogota
Serupa George Foreman pasca Kinsasha
BOD ekuivalen Four Horsemen di lini masa

Chorus:
Its like that ya’ll, that ya’ll
Its like that ya’ll, that ya’ll
As matter of fact it’s like that yall
Ay yo DJ-E cmon spin that shit
MV Sarkasz on the ultimate
Its like that ya’ll, that ya’ll
Its like that ya’ll, that ya’ll
As matter of fact it’s like that yall
Evil Cutz on the deck is cold getting ill
We be cold getting dumb like Just Ice thrill

(Morgue Vanguard)

Smith dan Carlos enam delapan di depan lagu kebangsaan
Pasifis Oaxaca dengan parang San Cristobala
Biafra berkombo Rimbaud di tangsi limbo
Steve Ignorant di atas breaks Buckwild dan Preemo
Menulis rima carok dengan golok pada tembolok
Dengan militansi yang berdansa di makam Moloch
Resureksi barok bentang bacot kontra despot
Di hadapan skena yang penuh MC serupa escort
Gramscian Ragnarok, Proudhonian Ken Arok
Montana yang mabok dari barang yang dia pasok
Sel Antifa dengan Ad-Rock sebagai Shamrock
Scott Heron Uprock dengan bandana Black Bloc
Rima martil klandestin serupa Falintil
Surapati di Bangil dan di lapangan Koramil
serupa totalitas Ali menolak wamil
antitesa mega-kolosal kamonesan Ridwan Tampil

(Morgue Vanguard)

Filosofi cincin Raheem di sebotol Jose Cuervo
Bars of Muerto, baris Franco Nero
Yang memutar “Fight the Power” pada Super Jumbo
Karena pahlawan kami tak pernah hadir di perangko
Soul, Rock n Roll coming like a rhino
tayangan slo-mo para algojo menari pogo
sembari mengutip Cool J berulang dalam kredo
“I can’t live without my radio”

(Sarkasz)

Zaman beralih namun jangan berhenti menagih
Penangkal kebosanan dari ritme yang bertasbih
Pada getaran mendengar BDP di delapan tujuh
Yang kami coba gelar berkali di setiap subuh
Serupa membahas batasan begal dan jenderal
Dengan nyali Lakim Shabazz bermental South Central
Berpinak kintal, Uzi kami weighs a ton

Ini gaung Radio Raheem yang menggerakkan zaman

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.