[ads-post]

Roman Arok Dedes terjadi pada awal abad 13, yang di dalamnya menceritakan kisah kudeta pertama di Nusantara, kudeta ala Jawa.

Arok adalah representasi dari gabungan antara mesin paramiliter licik dan politisi sipil yang cerdik-rakus, ia berasar dari kasta sudra/agrari yang merangkakan nasib menjadi penguasa tunggal tanah Jawa.  Dan politik dalam perspektif dalam roman ini kurang lebih, permainan catur di atas papan bidak yang butuh kejelian, pancingan, ketegangan melempar umpan-umpan demi mendapatkan peruntungan yang lebih besar.

Bhineka Tunggal Ika di serukan oleh Mpu Tantular dalam masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350-1389 M).

Lingga adalah kesatuan antara Hyang Maha dewa Syiwa dengan syaktinya, Hyang Bathari Durga, antara yang abadi dan yang sementara.

Quotes :

“wanita budak paling baik hanya untuk pria budak” – Oti (hal 31).

“barangsiapa takut pada pendapatnya sendiri, dia tak perlu belajar untuk tahu dan untuk punya pendapat” – Arok (hal 63).

“semakin rendah yang memainkan wayang itu, semakin menertawakan para dewa dibuatnya” – Dedes (hal 127).

“wayang adalah permainan bodoh dari orang-orang bodoh yang tak mengerti ajaran” – Dedes (hal 127).

“barangsiapa tidak terlalu muda untuk menjadi peramesywari, dia pun cukup tua untuk mengetahui urusan negeri” – Tunggul Ametung (hal 158).

“tak ada wanita diperkenankan menjamah urusan para dewa” – Belakangka (hal 163).

“para dewa dalah abadi, mereka mempunyai kesabaran dalam menunggu. Manusia berumur pendek” – Dedes (hal 164).

“dari sekian banyak pribadi itu, satu yang tampil yang lain melaksanakan” – Arok (hal 171).

“pada dasarnya manusia adalah hewan yang paling membutuhkan ampun” – Lohgawe (hal 179).

“suatu jaman memalukan yang seakan tiada habis-habisnya” – Arok (hal 190).

“ kebahagiaan mereka dibiayai oleh kekecewaan hati para muda yang mendamba” – Arok (hal 202).

“barangsiapa tidak tahu kekuatan dirinya, dia tidak tahu kelemahan dirinya. Barang siapa yang tak mengetahui kedua-duanya, dia pusing dalam ketidaktahuannya” – Arok (hal 212).

“satria hidup dari ketakuan dunia, amaka ia terus juga takut-takuti dunia” – Tunggul Ametung (hal 246).

“setiap kerusuhan di suatu negeri, adalah cerminan dari ketidakmampuan yang memerintah” – Lohgawe (hal 254).

“ketidakbijaksanan manusia mengejawantahkan diri dalam kerusakan lingkungan” – Lohgawe (hal 257).

“orang kaya terkesan pongah di mata si miskin; orang bijaksana terkesan angkuh di mata si dungu; orang gagah-berani terkesan dewa di mata si pengecut; juga sebaliknya. Orang miskin tidak terkesan apa-apa di mata si kaya; orang dungu terkesan mengibakan pada si bijaksana; orang pengecut terkesan hina pada si gagah-berani. Tetapi semua kesan itu salah. Orang harus mengenal mereka lebih dahulu.” – Dedes (hal 328).

“ada waktunya setiap orang mempertanggungjawabkan perbuatannya sendiri” – Dedes (hal 486).

“seorang brahmani takan mungkin menerima seorang pria sudra tanpa dipaksa dengan senjata” – Kebo Ijo (hal 489).

“senjata lebih berarti di tangan orang sebodoh-bodohnya daripada keterpelajaran dalam tubuh tanpa pelindung” – Arok (hal 512).

“yang menjadi ukuran baik tidaknya seseorang bukan bagaimana menyembah para dewa, tapi dharma pada sesamanya” – Tantripala (hal 547).

Kosakata dalam Arok Dedes;   

1.       Tunggul Ametung ; bukanlah sebuah nama pribadi, melainkan gelar jabatan gendarmeri penggada kayu.
2.       Hanung ; sekarang menyebutnya Anjasmara.
3.       Kretajaya ; gajah yg jaya. Kreta = gajah
4.       Hamsa ; angsa.
5.       Kama ; nafsu.
6.       Ataman ; diri atau mikrokosmos
7.       Brahman ; semesta yang suci atau makrokosmos.
8.       Wangsa ; dinasti.
9.       Nagabanda ; tali berbentuk naga, pengikat mayat sebelum di bakar.
10.   Saga ; ukuran berat emas, kurang lebih 1 gram.
11.   Catak ; ukuran berat untuk perak, kurang lebih 20 gram.
12.   Durga Mahisasuramardini ; durga sang pembunuh Yaksa banteng.
13.   Sikara ; bagian atap candi.
14.   Gusti ; gelar untuk kasta sudra yg memiliki keahlian.
15.   Ganesya ; dewa ilmu pengetahuan berkepala gajah.
16.   Parasyu ; kapak atau lambang Ganesya.
17.   Aksamala ; tasbih atau lambang Ganesya.
18.   Arok ; pembangun.
19.   Nirwikana ; bersatunya keadaan antara brahman dan atman atau di sebut panteisme.
20.   Siddhi ; kesaktian.
21.   Darana ; konsentrasi.
22.   Pratyahara ; diri yg bebas dari pengaruh luar.
23.   Pranayama ; pengaturan nafas.
24.   Ekagrata ; tinggal satu titik yg diperhatikan yg namapak (fokus).
25.   Karsa ; kehendak, keinginan.
26.   Mahasiddha ; orang sakti.
27.   Yama ; larangan.
28.   Paduraksa ; pintu gerbang halaman kedua pura.
29.   Lembung ; pencuri.
30.   Wasi ; tingkat 6 dalam jenjang pendidikan Budha (cantrik, mangayu, jejanggan, uluguntung, cikil, wasi, resi, bagawan).
31.   Parwati atau Durga atau Kali ; syakti dari Syiwa.
32.   Muncukunda ; seorang tokoh yg dengan pandangan matanya telah mampu membinasakan raksasa Kalayawana dalam peperangan melawan Kresna.
33.   Kiwa ; kiri.
34.   Kiwan ; pengetahuan tentang para dewa.
35.   Tengen ; kanan.
36.   Tengenan ; pengentahuan tentang manusia.
37.   Cakra ; anak panah dengan roda sebagai mata, lambang kekuatan Wisynu.
38.   Agama ; peraturan timbal-balik antara raja dan kaula.
39.   Igama ; peraturan timbal-balik antara dewa dan manusia.
40.   Ugama ; peraturan yang berlaku antara sesama manusia.
41.   Hyang Agni; dewa api.
42.   Hyang Kuwera ; dewa kekayaan.
43.   Cakrawarti ; kekuasaan atas alam semesta.
44.   Mabasan ; membaca bersama.
45.   Mabasangama ; aturan membaca bersama.
46.   Pradaksina ; berjalan memutari candi menurut gerak jarum jam.
47.   Nikayo ; madzhab atau sekte.
48.   Matsiya-Manuya-Madya-Mutra ; ikan-daging-arak-wanita.
49.   Maithuna ; upacara persetubuhan untuk memuja kesuburan.
50.   Najako ; wanita yang di gunakan dalam upacara maithuna.
51.   Pralaya ; perang pembinasaan.
52.   Lingga ; kemaluan pria.
53.   Jataka ; kitab Budha berisi dongengan.
54.   Hyang Kamahayanikan ; buku suci Budha Mahayana.
55.   Sesanti ; ketenangan batin.
56.   Begawan ; seorang pandita, memisahkan diri dari masyarakat & duniawi.
57.   Resi ; seorang pandita, yg pada suatu ketika masih tampil sebagai satria.
58.   Pancagina ; dewa kaum sudra, pelindung lima macam pertukangan: pandai besi, pandai tembaga, pandai emas, tukang kayu dan pelukis.
59.   Kridagama ; olah keprajuritan.
60.    Yudhagama ; hukum perang.
61.   Atharwaweda ; kitab suci agama Hindu.
62.   Bathari ; dewa perempuan.
63.   Berhartal ; dicat dengan sejenis boreh berwarna kuning.
64.   Bertugal ; berdiri tegak mematung.
65.   Binggal ; gelang pada kaki.
66.   Dudul ; ukiran timbul pada kay atu logam.
67.   Jawahe ; sejenis tumbuhan gambir.
68.   Jajaro ; barisan pasukan pagar penjaga.
69.   Kedi ; kelainan seksual.
70.   Mangir ; bedak yang harum untuk kulit wanita.
71.   Mengapurancang ; menangkupkan kedua belah telapak tangan.
72.   Menepis ; menjejak sedikit di atas tanah.
73.   Menyumrambahi ; mengayomi dan menjelma nyata.
74.   Mesanggrah ; mendirikan tenda untuk menginap.
75.   Pramudita ; alam semesta.
76.   Rontal ; tulisan di atas lontar (Borassus flabellifer).
77.   Sarwacita ; segenap serba bentuknya.
78.   Silpasastrawan ; pujangga dan seniman kerajaan.
79.   Teleng ; kelopak dan bola mata.
80.   Torana ; ruang singgasana raja.
81.   Empu ; pandai besi.
82.   Wadad; menahan diri untuk tidak menggauli wanita.  

Selasa, 30 Januari 2018
Ahonk bae

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.