Ramadhan
sesegera mungkin akan tiba, apa yang hendak di lakukan? Menyiapkan diri untuk menyambut datangnya
bulan yang suci? Atau menjalani ruintas seperti biasanya?. Kadang ramadhan
menjadi sesuatu yang menarik bukan sebab ritual ibadahnya, atau kompetisi dalam
mendulang pahala yang berlapis di dalamnya. Akan tetapi penulis mengamati di
beberapa tempat momentum penyambutan ramadhan justru lebih menarik di banding
memasuki ramadhan itu sendiri, beberapa derajat budaya berubah, beberapa inci
orientasi berubah dan perubahan yang
selalu konstan dengan kata perubahannya itui sendiri.
Bagaimana tidak, penjual petasan dengan pabrik petasan
yang mualui berjbaku meracik bubuk mesiu dalam lintingan kertasharuslah
berhadapan dengan pedagang-pedagang kolak yang siap memadati jalanan di tengah
perkotaan bahkan juga di halaman-halaman masjid pedesaan. Dalam hal ini
banyaklah persaingan ‘semi’ sehat yang eksis di depan mata, di mulai yang dari
yang sakral dan yang profan, atau bahkan dari yang jujur dan curang, tak peduli
apakah para kompetitor ibadah dan pedangang itu sedang menjalankan ibadah puasa
yang di wajibkan oleh penciptanya, memalui sabda-Nya sedangkan kebutuhan primer
haruslah tetap terpenuhi untuk mempertahankan denyut nadinya. Di bebarapa
tempat petasan sudah menggema memecah keheningan semesta, produsen yang tak
jemu dari bidikan aparatus negara sudah barang tentu sudah memiliki metoda
dalam meredam pengrebegan atau dengan bahasa lainnya ialah oprasi pekat. Bukan soal
membahayakan bagi penggunanya atau membuat kambuh penderita jantung, namun
dengan alasan ketertiban maka petasan di larang, sudah banyak fakta menyebutkan
bahwa petasan merupakan ‘mainan’ yang dapat membahayakan penggunanya namun juga
orang lain, seperti kebakaran juga luka yang di sebabkan oleh petasan itu
sendiri. Meski begitu produsen tetap memproduksinya, dan penulis di sini
melihat bahwa petasan yang eksis sebelum bulan ramadah atau bulkan sya’ban
merupakan sebuah penyambutan yang bersifat budaya, sebab hal ini terus berulang
dari tahun ke tahun, oleh sebabnya petasan menjadi ikonik dalam menyambutnya. Apa
anak-anak peduli dengan bahanyanya? Tentu tidak, anak-anak hanya mengerti
tentang kegembiraan serta kepuasan dalam memainkannya. Dan lagi, anak-anak yang
memainkannya dengan riang tak sedikitpun berpikir tentang apa yang bakal
terjadi jika mereka salah tempat atau salah sasaran dalam melemparkannya, toh
sekali lagi mereka hanya mengerti kata jajan dan bermain.
Sebentar lagi deretan jalan di beberapa titik akan di
penuhi oleh para pedagang yang sebelumnya titik-titk tersebut hanya sebagai tempat
berkumpul anak-anak remaja tanggung dengan pernak-pernik centilnya, hal ini
merupakan peluang dalam membaca pasar, konsumen dalam hal ini. Pedangang kolak
serta es kelapa adalah dua ikonik pedagang yang selalu ada dalam bulan ramadhan
itu, seperti penjual lotre di warung yang buka saat ba’da dzuhur –
menghormati adalah bahasa yang umum pada bulan ini. Tidak menutup kemungkinan
remaja kita dengan tampang ‘alaynya’ berbuka sebelum adzan berkumandang pun
masih bisa ditemui pada banyak titik. Pedangang kolak dan lotre seolah berlomba
dalam memeriahkan momen ngabuburit anak remaja tanggung tersebut dan lotre
bagi anak kecilnya – SD lebih tepanya. Betapa berbedanya suasana sebelum hingga
saat ramadhan, semua orang berlomba mencari sesuatu yang semuanya di janjikan
oleh pemilik semesta, pahala dan rizki semuanya di tabur bagi mereka yang mau
mencarinya, siapa yang menyangsikan? Tak ada, sebab pada bulan ramadhan arus
perputaran uang tak terkendali, hingga terkadang pemerintah kerepotan dalam
mengamankan sembako di pasar-pasar demi tercukupinya kebutuhan masyarakat.
Maka produsen petasan dan pedagang lotre telah lebih
dahulu menyambut datangnya bulan sakral itu, mendekatkan eksistensi ramadhan
dan petasan adlah seseuatu yang membahagiakan menurut penulis, siapa sangka
buruh petasan adalah mereka juga yang berbahagia dalam menyambut datangnya
bulan suci tersebut, seperti yang pernah di atakan oleh baginda nabi. Mereka berbahagia
sebab pesanan terus berdatangan dan upah mereka juga meningkat seiring
menguatnya kebutuhan eksis dalam menggenggam kembang api.
pict; by google.
Senin, 08 April 2018
Ahonk bae
Posting Komentar