Sedari dulu, dengan sepasang anugerah tubuh
Ku bisa dirayu lalu dicumbu
Dengan seuntai kata sakral, ku menjadi belaian dalam bayang
Ah, selalu saja aku berada di nomor dua
Seketika, mulai belajar mengerti apa makna hawa
Dengan serupa budaya yg tak berdaya
ku mesti menjelma serupa sapi betina
Dengan Meranakkan seribu balita nan indah
Tak habis itu, tugas besar ditanggung dalam dada
Bah, kodrat tak seabadi itu
Terkadang, menyeret dengan sepatah dogma
Mengambing hitamkan, lalu seutas tali mengikat ku
Tak melulu soal lapisan, yg menutup
Baik tak selalu merapatkan tubuh,
Tapi yang piluh, tak butuh acuh
Karna aku dan yg lain bukan soal kelamin
Berlari sebentar, langsung tersungkur
Membelenggu dengan cepat dalih norma yang ada
Undang-undang hanya menjadi udang di atas kepala
Mengigit pelan, tak berkesudahan
Bijak, buka mata lebar yg disekitar
Dan dengarkan, dibalik tirai suara ku lantang.
Nita Mega Purnami, 5 Maret 2018
Posting Komentar