[ads-post]


Bulir embun perlahan menguap

Binatang malam mulai menyelinap

disela-sela batang padi, bawang dan pare

Udaranya begitu sejuk lagi melapangkan dada

Ah...

Itulah pertanda sang mentari mulai menaiki tahta

Menyapa semesta di bagian timur Bumi Mekarsari



Namun, dari kejauhan

Mulai berdatangan mesin-mesin raksaksa

Menginjak dan merusak segala

Memperkosa Dewi Sri diatas dada Ibu Pertiwi



Hei!

Tolong cari orang yang teriak-teriak perduli masyarakat bawah

Kemana mereka?

Hilang. Lenyap!

Hei!

Lihat itu, asap!

Jangan diam atau kita akan mati

Menjadi bangkai konyol ditanah kelahiran

Di buang dan dilupakan oleh bangsa sendiri.


Oh Mekarsariku...

Kau menjadi tumbal negara

Oh Mekarsariku...

Hakmu dirampas penguasa

Mereka menutup mata dan hatinya

Lalu memunggungimu. Kau dilupakan.

Ah...

Sial benar nasibmu


Anak-anak buruh tani

Bersembunyi di balik punggung bapak

Dalam pelukan ibunya, pasrah!

Cita-citanya persis kondisi paru-parunya. Hitam.


Anak-anak buruh tani

Sudah tak lagi punya mimpi

Hanya tersisa sejumput rindu

Rindu kaki bapak dan ibu yang dipenuhi lumpur

Sebab itu sebagai pertanda

Bahwa ia bisa makan hari ini.



Karya: Zamzam Abdul Faqih

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.