Selalu akan terhitung dalam kuantitas kecil, terdapat sekelompok
perempuan yang berani dibarisan depan untuk meneriakkan keadilan. Akan selalu ada
yang menarik ketika mesti membahas perjuangan yang dilakukan oleh Perempuan.
Lain R.A Kartini lain pula Cut Nyak Dien, dengan cara perjuangan yang berbeda,
tapi memiliki kesamaan memperjuangkan nilai-nilai kemanusian bersama. Perempuan
akan selalu menghiasi titik-titik perjuangan yang dimana tidak dapat disamakan
dengan kaum adam.
Jum'at, 2 Februari 2018, Masyarakat buruh tani di Mekarsari
melakukan Aksi Demonstrasi bertepatan dengan tepatnya alat berat diturunkan,
untuk segera menyelesikan proyek PLTU2. Dengan sekelompok aparat, yang bisa
dibandingkan 3:1 dengan sekelompok buruh tani yang bersedia Aksi. Ada banyak
tuntutan terkait aksi yang disampaikan oleh dua perwakilan dari buruh tani. Pak
Domo dan Pak Ahmat yang membakar semangat buruh tani untuk terus melawan tanpa
lelah.
Pak Domo menyampaikan terkait prosedur dan sosialisasi yang
dilakukan pihak PLTU terhadap warga tidak ada, hanya cukong-cukong desa yang
mampu diajak kompromi. Tanggung jawab besar yang mesti dipikirkan pihak PLTU
terhadap masyarakat mekarsari yang mayoritas adalah buruh tani dan nelayan,
lapangan kerja dan kesehatan yang sudah kami khawatirkan untuk jangka panjang,
Asap yang dapat meningkatkan kanker paru-paru. Kalau hanya yang diajak
sosialisasi pemilik tanah itu sama saja, yang sengsara kaum buruhnya, akan di kemanakan?.
Bapak dengan usia lebih dari 40thn ini yang dengan gelagaknya mengangkat tangan
sembari mengungkapkan tabir kebenaran, Pak Domo.
Seusai Pak Domo, Pak Ahmat juga menyampaikan beberapa tuntutan yang
perlu dipertegas saat Aksi berlangsung. Beliau mengatakan bahwa masyarakat
mekarsari telah di khianati oleh Kelala Desa yang kurang bijak dalam mengambil
keputusan, “seharusnya Kepala Desa mampu membuat ruang publik yang dihadiri
semua elemen masyarakat. Jangan orang-orang pilihan yang mampu diajak kerja
sama, bukannya kita juga bagian dari masyarakat Desa Mekarsari yang mesti
diberikan hak bersuara juga?”, isi tuntutan Pak Ahmat yang mempertegas Kepala
Desa Mekarsari.
Ada celoteh ibu-ibu dari posisi tengah dengan memegang bendera dg
bambu, "Kalau begini kenapa bapak Aparat tak bakar saja desa kami, agar
selesai sudah. Pekerjaan kami apa selain ndandur pak, anak-anak kami yang
masih kecil ingin teracuni dengan asap pak?" terikan ibu tak dikenal nama
nya ini, mengagetkan masyarakat JATAYU.
Domumentasi : Jisung |
Dipertemukan dengan Ibu Tarmini, usia sekitar 30 tahun dengan
menggandeng anaknya yang beusia 3 tahunan, dengan basa basi saya memulai
obrolan dengan ibu Tarmini. Ibu mau kerja apa setelah resmi PLTU2 digarap, mau
ke Taiwan de, ngapain disini. "Tapi perjuangan tetap diperjuangkan de,
urusan kalah atau tidak itu adalah hasil dan manusia hanya bisa berjuang"
bicara yang sedikit tenang dengan menggendong anaknya.
Kita istirahat sambil membicarakan aksi hari ini, duduk dengan
ibu-ibu yang semangatnya masih membara, dan dengan wajah yang penuh keringat
dan sedikit garis keriput yang menghiasi, memang kebanyakan mereka adalah
ibu-ibu berusia 40 tahun keatas, yang sehari-harinya hanya bercocok tanam. Saya
dipertemukan lagi dengan sosok ibu yang tegar dan tenang, Ibu Tarminah beliau
yang pernah menerima tindakan represif dari intel pihak pltu. "Saya lagi
duduk di pinggir sawah de, tiba-tiba ada yang mengikuti saya bersama warga sini
yang juga buruh tani, yang sedang memotret gambar, intel itu menyekap leher
saya de, terus mendorong bapak. Kami mau disandra. Tapi saya nggak pernah akan
berhenti dan takut melawan mereka de, kita diposisi benar." Pengungkapan
ibu Tarminah yang sedikit mengingat kejadian waktu itu, berbicara sedikit
memancar kesedihan dimatanya.
Dirumah pak domo, saya juga kagum dengan istri beliau yang
pekerjaannya sebagai pemain drama sandiwara, Ibu Ratiah. Yang mengaku diri
pandai nyinden, inilah semangat pak Domo. Seorang istri yang tak pernah
melarang suaminya untuk memperjuangkan keadilan bersama warga, ibu Ratiah juga
yang selalu support pak Domo untuk terus semangat dan menjaga kesehatan.
Perempuan yang menolak diam dan bersedia terjun berjuang bersama
lelaki, tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu rumah
tangga. Kebangaan besar dan nilai lebih bagi seorang perempuan yang dengan
sabar dan ikhlas memahami perubahan-perubahan yang ada disekitar. Sedikit
menafsirakan apa yang diketahui melalui cara sederhana, dan tanpa kesombongan,
dengan pendidikan yang kurang, tapi mereka tahu makna cinta sesama manusia.
Nita Mega Purnami
Posting Komentar