[ads-post]

Negara dalam pembangunan. Membangunkan diri dari keterpurukan atau ketertinggalan yang gagap dan gugup. Nampak sebuah pertanda fisik Negara yang menyebutnya ini Pembangunan. Proses pembangunan yang terkadang mengabaikan nilai-nilai Kemanusiaan dan Sosial. Mengejar suatu keterlambatan atau permintaan sebagian orang berkepentingan, hingga menindas yang lemah, meniadakan yang dengan dalih bahwa ini Pembangunan yang sedang berjalan.Tatanan masyarakat yang rentan terhadap sesuatu yang baru dan mewah, akan menganggap ini suatu pengangkatan nilai hidup yg lebih baik. Dan hanya waktu panjang yang akan mengungkapkan apa gunanya Pembangunan jika, mengesampingkan yang lemah?.

Megahnya insfrastrutur, atau berdiri tegaknya bangunan pencakar langit. Sudah dapat sepintas membuat bangga dan tepuk tangan bahwa sudah saat bangun. Tetap saja mayoritas masyarakat Indonesia yang dengan segala persoalan, seperti halnya Kemiskinan, Pendidikan yang kurang atau Kesehatan yang apa adanya. Akan mempertanyakan tentang segala seluk beluk pembangunan yang ada.

Bahkan Pendidikan Formal tak bisa mengunkapkan tabir Pembangunan ini. Sistem Politik yang malah membentuk masyarakat menjadi lelap dan tertidur pulas, akan hak-hak nya. Boroknya birokrasi yang juga membius masyarakat untuk tunduk. Faktor-faktor ini yang membuat kalangan masyarakat untuk diam dan mengikuti arus yang ada. Tapi tetap saja sekelompok orang yang berani menentang arus dan memperjuankan haknya, selalu muncul barisan depan. Walaupun hanya segelintir orang.

Dan masyarakat pemberani ini datang dan muncul di Desa Mekarsari Kecamatan Patrol Kabupaten Indramayu, yang sekarang sedang berjuang menuntut penjelasan dan pertanggung jawaban atas Pembangunan PLTU2. Mayoritas masyarakat setempat adalah kaum buruh dan nelayan, mereka berpikir kenapa mesti ditanah subur ini yang digarap untuk proyek. Sekelompok masyarakat terorganisir dengan Nama JATAYU (Jaringan Masyarakat Tolak Asap Batu Bara Indramayu) dan sebenarnya yang membuat keluhan warga adalah Keterlibatan mereka ditengah-tengah Pemangku Kebijakan desa dan Pihak PLTU. Hanya mampu merangkul orang-orang pemilik tanah sedang kaum buruh tidak menerima informasi secara jelas. Yang terjadi masyarakat JATAYU malah terpinggirkan dari masyarakat yang menerima dengan lapang dada, terkait pembangunan PLTU2. Sumber mata pencarian mereka yang dari menanam atau melaut akan berhenti dan menjadi pengangguran.


Indramayu kabupaten dengan segudang kekayaan alam yang berlimpah, lumbung padi yang katanya dan perairan yang sepanjang jalan. Ini yang mesti diangkat, masyarakat kaum buruh dan kaum nelayan yang mesti menjadi titik sorotan untuk suatu pembangunan. Setidaknya dengan berjalannya Pembangunan mampu menampung masyarakat setempat untuk berkoletif dan memperhitungkan dengan cermat. Keseimbangan antara Dampak dan Keberasilan. Dan Birokrasi yang sehat akan menyelarskan masyarakat tidak dengan kebimbangan. Memberikan keterangan yg jelas.

Nita Mega Purnami

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.