[ads-post]

Ada yang lumrah namun menarik dalam setiap musim panen dalam satu tahun atau terbagi dalam dua semester. rendeng, adalah istilah untuk musim penghujan, dan ketiga adalah istilah untuk musim kemarau. Keduanya sama-sama memiliki in put dan out put berdeda dalam produksi pertanian, pada sistem irigasi tentu memberikan impact besar untuk keduanya, tadah hujan istilahnya. Dan kedua atau ketiga pada sistem irigasi pertanian mengandalkan saluran dari sungai Cimanuk, di bantu dengan mesin disel sebagai penyedotnya sebelum ahirnya didistribusikan ke sawah-sawah petani. Pada tiap panen terdapat sistem kesepakatan harga dalam ujrahnya, dan naiknya upah tersebut mengikuti arus harga padi pada tiap tahunnya.

Kemudian bahwa buruh yang ikut menanam (Jawa : tandur) umumnya kaum ibu pada awal musim, dan pasti mendapat bagian pada masa panen (Jawa : ceblokan), selain ujjrah/upah Rp. 50.000 dan konsumsi (makan & minum) dari pemilik lahan (baca : majikan), dan apabila tidak mengambil atau ikut memanen, maka itu sebuah konsekuensi bagi buruh tani tersebut, pasalnya hal itu ialah sistem yang terjadi secara turun-temurun sejak zaman dahulu. Juga yang kaum laki-laki dewasa yang ikut memawa benih dari tempat pembibitan varietas (Jawa : winih) mendapat Rp 50. 000 plus uang rokok. Kemudian pada saat panen tiba terdapat kesepakatan nisbah atau bagi hasil yang di dalamnya terdapat pirce yang juga telah turun-temurun, umpamanya bagi buruh tani yang mendapat 6 (enam) karung padi, maka akan mendapat 1 (satu) karung padi dari sang majikan, dan majikan tersebut mendapatkan 5 (lima) karung darinya. Hal ini tidak tergantung dari rasa iba sang majikan dalam prosesi panen tersebut, pasalnya tedapat dua alat untuk merontokkan padi.
Pertama dengan alat tradisional yang disebut Gebotan, yang dengan alat tersebut buruh tani harus bekerja ekstra dalam proses produksi tersebut, dari mulai membabat padi yang masih tegak berdiri, mengumpulkan padi (Jawa : numpuk), dan proses gebot sebelum dimasukkan ke karung dan diserahkan pada sang majikan. Kedua, dengan alat modern yang disebut Grabag, dengan alat ini buruh tani hanya bertugas membabat dan menumpuk padi, sebelum dimasukkan pada mesin grabag tersebut. Dalam proses pertanian tersebut, buruh tani khususnya, telah menerima sistem yang tercipta tersebut sebagai simbol masyarakat yang berkarakter tangguh ditengah kemelut ekonomi yang sulit.
Siapa yang menciptakan sistem tersebut? Dan mengapa buruh menerimanya dengan tanpa protes keras untuk menaikkan upah pada musim tanam seperti pada buruh-buruh pada umumnya, buruh pabrik misalnya? Merupakan hal menarik dari segmen perekonomian yang dikonstruksi oleh masyarakat desa, khususnya petani.

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.