[ads-post]


  Duet ekonomi Ramadhan, bukan hanya di menangkan oleh hamba yang taat pada setiap ritualnya atau sebuah norma diet dalam dunia kesehatan yang gencar di kumandangkan, namun lebih dari itu beberapa keuntungan dalam siklus perekonomian menjadi statement barokah yang dominan, bukan aksi lama saat media masa punya manuver unik pada bulan agung tersebut, dari pra-pasca. Sebelum ramadhan di mulai brand iklan sudah di suguhkan dengan aneka makanan dan minuman seperti sirup dan biskuit, produk gula sehat dll, yang dalam ikon visualnya di tampilkan bukan pada tempatnya. Juga dunia fashion yang glamor yang tidak kalah menarik untuk di kenakan dalam "hari kemenangan" yang sudah mafhum menjadi ikon budaya "baru" pada hari itu yang kadang melenceng dari substansinya, belum lagi produk matrial seperti cat yang saling berlaga dalam layar kaca dengan tujuan yang sama agar terlihat "baru" rumah yang nanti akan di sambangi oleh seluruh handa taulan untuk satu moment bermaafan. 
Siapa yang untung? Pemilik brand tersebut? Atau masyarakat kita yang konsumtif? atau pemerintah yang mengatur kebijakan? Yang pasti apapun moment yang sedang di laksanakan pemilik modal (kapital) tidak alpa dalam strategi bisnisnya dalam memasuki setiap gerbang moment. Sehingga bukan hal basi ketika ada lonjakan harga pada minggu terahir untuk setiap produk dengan menjual brand "mrema" dengan lisan yang mudah penjual mengatakannya mseki jauh hari pemerintah telah sedemikan rupa mengatur kesetabilan harga. Menegent resiko tentu sudah matang di dalam analisisnya dengan banyaknya permintaan dan pasokan produk sehingga menggenjot produksi untuk lebih di tingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga akumulasi harga di permainkan, namun masyarakat kita "butuh" akan hal-hal demikian, meski anggaran belanja rumah tangga begitu "pas" untuk menyambung tali nadi, tapi media sebagai pemegan kekuasaan tertinggi di masyarakat sehingga lingkungan yang terkontaminasi dengan kemilaunya iklan layar kaca tersebut sehingga menciptakan embrio konsumtif dan paradigma instan dari label besar perusahaan.
Di balik gerbang perusahaan ada apa? PHK seakan menjadi trending topik karyawan setelah pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) yang ketika pasca "hari kemenangan" urbanisasi menggila atas dalih sesuap nasi, yang akan mengisi daftar pengangguran juga pabrik setelah pemberhentian beberapa karyawannya di kota metropolitan itu, dengan budaya mudik dan balik yang telah serapih mungkin pemerintah memperiapkan infrastrukturnya namun tetap angka kecelakaan tidak bisa di redam, perbaikan jalan hanya mengejar target dan hanya berhenti pada hitungan buget.
Begitu kiranya agama menjadi sebuah magnet yang tarik-menarik keuntungan pada setiap kutubnya.
"Wonosobo,03Ramadhan1436H".......x)

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.