[ads-post]


  Ramadhan, ada perjuangan kelas setiap tindak tanduk manusia pada setiap detik yang berputar, juga pada ritual puasa dari strata yg paling bawah hingga yg mampu menghilangkan hasrat materialisme. Pada strata yang paling bawah ialah puasanya orang awam/am' yang baru sekedar mampu menahan gempuran lapar dan dahaga menjelang adzan maghrib tiba, juga ada satu golongan yang mampu menghilangkan perkara-perkara yang mampu menghilangkan esensi dari puasa (tarkul ma'asy) yaitu segolongan orang yang pada tingkatan ini di sebut "khusus", ada juga pada pucuk strata terdapat golongan "khususil khusus" yang sampai pada tahap ini mampu akan hasrat duniawinya dan tidak menghapkan apa-apa akan apa yang sudah di jalankannya. Ritual puasa memang bukan hal absolut yang di miliki oleh satu agama/keyakinan seperti pada moment 10 muharom ketiga agama samawi (Yahudi, Nasrani dan Islam) melakukan ritual tersebut dengan alasan yang berbeda. Namun dalam diskursus asketis/tasawuf terdapat strata-strata spiritualnya yang dengannya di harapkan setiap individu dapat berjuang menuju maqom atau derajat yang lebih tinggi dalam tahap spiritualnya. 
Bukan hanya strata spiritual yang di lakukan oleh setiap manusia yang menjalankannya tapi dari khobar qouli di menyatakan bahwa ada pembagian pada bulan ini seperti pada minggu pertama yang di sebut rahmat atau kasih sayang, minggu ke dua ialah maghfiroh atau ampunan dan minggu terakhir merupakan pembebasan dari api neraka. Dalam implementasi sosialnya puasa lebih di identikkan dengan merasakan apa yang kaum proletar atau tak berpunya merasakan di setiap harinya yaitu menahan lapar dan dahaga,kemudian rahmat di identikkan dengan adanya pembagian makan atau minuman bagi para mustadafin untuk sekedar membasahi tenggorokkan, kata ampunan lebih di identikkan dengan rebuah relasi vertikal atau Tuhan kepada hambanya yang melalui munajat yang terpanjat menembus dingin, seperti moment setelah melaksanakan do'a (sholat) tarawih dengan saling bermusyafakhah atau berjabat tangan sehingga apa yang di tendensikan dengan memaafkan akan terus ada bukan hanya pada klimaks bulan ini (idul fitri), kemudian di bebaskan dari api neraka yang sarat dengan adanya pembayaran zakat fitrah untuk membantu para mustadz'afin merasakan apa yg kaum berpunya rasakan, setidaknya moment-moment dalam bulan sakral ini bisa menjadi rem akan sifat kebinatangan yg melekat pada setiap individu yg melaksanakannya.
"Ramadhan21J/04R"..........x)

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.