[ads-post]


  Dalam hal apapun peran negara tidaklah bisa di nafikan begitu saja eksistensi dari sebuah negara, ada banyak hal dikaji dan amati (kalau tidak di rasakan) seperti seperti apa sebuah negara mengatur kebijakan sosialnya, ekonominya juga budayanya? Apa seperti negara paman sam kah? Yang selama ini menjadi sumbu dengan cerminan negara yang maju secara perekonomian misalnya.
Bagamana sistem ekonomi negara tersebut? Apakah kapitalis, sosialis, demokratis atau teokrasi? Dengan sampel dari layar kaca juga berbagai rujukan buku ada semacam hibrida sistem dalam urusan ekonominya, setidaknya sistem demokrasi kapitalis sudah nampak ke permukaan bahkan mencolok dengan empat deklarasi empat tipe kebebasan. Pertama, kebebasan politik. Kedua, kebebasan ekonomi. Ketiga, Kebebasan mengeluarkan ide atau berpendapat. Keempat, kebebasan individu. Dengan empat hal demikian namun secara megement juga kinerja kabinetnya maksimal maka bisa mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakatnya.
Dalam deklarasi yang kedua, kebebasan ekonomi negara kita kadang masih dalam fase labil, labil dalam artian belum tentu arahnya apa mengikuti sistem negara tersebut atau memihak akan adanya ekonomi kreatif? Namun bila melihat eksistensi gedungnya pemerintah kita memihak pada opsi yang ke dua namun bila melihat geliat politik para cukongnya arah mata perekonomian kita di bawa standarisasi ekonomi internasional dengan kiblat amerika. Salah satu mesin pembunuh ekonomi kreatif kita ialah di mudahkannya akses birokrasi perizinan mall dan mini market. Sebelumnya bila mekanisme pejabat kita sudah bekerja secara maksimal dan sudah tertanam dalam alam fikirannya bahwa masyarakat kecil harus tetap maju dalam ekonominya sehingga bayang hitam krisis ekonomi yang sudah menghantui alam fikiran rakyat kita terhapuskan. Entah manifesto orde baru atau memang individu dari aparatus yang kita coblos kemarin mengidap skinzofernia?
"Wonosobo24J/06R".........x)

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.