[ads-post]



Bhayangkara terlalu banyak perkara hingga desas-desus tercorengnya wajah pelindung negara kita baik dari segi pelayanan dan pengamanan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, namun paradoks yang dirasakan ketika masyarakat mengeluarkan keluh kesahnya dalam segumpal dialektika, siapa yang salah dan siapa yang benar? Adalah klise abu-abu di mata masyarakat, seperti ketika razia surat-surat kendaraan bermotor berupa SIM,STNK ini itu dan lain sebagainya dan klimaksnya tutup pentil di tanyakan. Sebelumnya selamat untuk 69 tahunnya kapolri, selamat menjaga, melindungi dan selalu belajar memperbaiki citra. Ribuan pasal pasti kalian hafal sampai metode intimidasi saat introgasi sehingga nir-aman mengharukan seluruh rakyat ketika melihat sekelompok seragam coklat pekat berjejer dijalanan dengan jeratan retorika bernada mengais, apa rasa aman tercipta ketika peserta touring di kawal Lancer X? Kemudian tatto dan merchandise di alih fungsikan menjadi definisi premanisme? Lantas apa bedanya dengan ormas yang pandai menghukumi segala sesuatu bermodal satu dan dua dalil? Mengayomi menjadi jauh berganti menjadi pemeo dimata aktfis kiri yang solah kemanan adalah tuhan dalam asnad. Menganulir citra di masyarakat, salah satu stasiun tv swasta membuat program yang bekerja sama dengan kapolri yang menampilkan aksi heroik "penjaga negara" tersebut dengan kesiapan dan kesigapannya, namun jika di telisik kebelakang acara tersebut merupakan representasi dari polemik yang dihasilkan oleh KPK dan POLISI. Manuver semacam itu tidak membuat publik bangga dengan kekenyangan dan rasa kecewa pada prilaku yang sudah ditampakkan olehnya yang terlampau banyak skandal yang sudah terkuak di realita dan media, betapapun banyak yang sudah dibekingi juga diayomi karena pasal sudah terbeli oleh mahluk yang bernama uang.
Menjadi lebih bijak karena usianya memang keumuman berfikir, dan menjadi lebih bengis karena baru memasuki dunia yang penuh dilema dari pemungutan atas pendaftaran hingga gratifikasi sebagai pelicin aksi. Masyarakat tidak membutuhkan seragam terlebih masyarakat tidak membutuhkan senjata di samping saku celana, mereka hanya membutuhkan perlakuan sederhana tanpa lencana, dengal alasan apapun tetap, pemerintah di bayar oleh rakyat atas tiga perkara ; melindungi nyawanya, melindungi martabatnya, juga melindungi hartanya. Namun jika ketiga perkara itu sirna lantas apa terus membayar retribusi ataupun pajak? Semoga polisi kita tidak seperti polisi dalam film India.
"Wonosobo01Jul/14R"........x)

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.